Pembangunan kesehatan
merupakan bagian dari pembangunan nasional sebagai upaya pemerintah yang
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Sebagai hak asasi manusia dan investasi pembangunan
nasional, kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004). . Dengan begitu masyarakat dan
lingkungannya menjadi sehat , sehinga akan didapatkan keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi (Situmorang, 2006).
Kesehatan merupakan bagian
yang penting bagi manusia yang berperan dalam meningkatkan taraf hidup manusia
serta meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Salah satu
bagian dari kesehatan manusia yaitu kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi
dan mulut merupakan bagian integral yang masih perlu mendapat perhatian khusus
dari tenaga kesehatan, karena mampu mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan,
dan rasa percaya diri manusia. Sampai saat ini yang masih menjadi masalah bagi
Indonesia adalah penyakit karies dan penyakit jaringan priodontum yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi pengunyahan serta dapat menyebabkan penyerapan dan
pencernaan makanan terganggu (Depkes RI, 2000).
Karies atau gigi berlubang
merupakan penyakit yang disebabkan oleh demineralisasi lapisan gigi seperti
email dan dentin yang disebabkan oleh makanan kariogenik serta peran dari
bakteri Streptococcus mutans. Menurut Houwink (1994) karies
gigi merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
antara mikroorganisme, saliva, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan
email. Berdasarkan penelitian, 72,1% penduduk Indonesia memiliki masalah karies
gigi dan 46,5% diantaranya tidak merawat karies gigi (Lubis & Nugraheni,
2009. Hal tersebut didukung oleh data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
bahwa angka prevalensi kejadian karies di Indonesia sampai saat ini yaitu
76,2%. Prevalensi ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan target
dari World Health Organization bahwa target yang diharapkan
hanya 54,6%. Tingginya prevalensi tersebut disebabkan oleh perilaku atau sikap
mengabaikan kebersihan gigi dan mulut yang dilandasi oleh kurangnya pengetahuan
akan pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut (Fankari, 2004). Faktor
pemicu yang lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan,
lingkungan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi
(Suwelo, 1997).
Kurangnya pengetahuan pada
masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut berdampak pada
sikap masyarakat dan kurangnya kemauan masyarakat untuk memeriksakan kesehatan
gigi dan mulutnya secara teratur. Salah satu penyebab timbulnya masalah
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap
mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Fankari 2004 dalam Kawuryan 2008).
Isu Strategis
Pembangunan Kesehatan 2018
- Peningkatan
akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak,
- Peningkatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan,
- Peningkatan
profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata,
- Peningkatan
jaminan pembiayaan kesehatan,
- Peningkatan
ketersediaan , pemerataan, keterjangkauan, jaminan keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya
saing produk dalam negeri, dan
- Peningkatan
Akses Pelayanan KB Berkualitas yang Merata.
Kesehatan gigi
dan mulut mendukung percepatan Isue Pembangunan Kesehatan
- Peningkatan
akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak
·
Mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan : ibu perlu tahu kebersihan gigi
dan mulut yang mendasar, serta makanan sehat dan bergizi bagi anak.
·
Mengurangi angka
kematian anak : infeksi gigi, noma (gangrenous stomatitis) dan tradisi
berbahaya dapat mengakibatkan kematian. Karena itu, perlu dilakukan upaya
pencegahan melalui program: UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dan UKBM (Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat).
·
Memperbaiki
kesehatan ibu hamil : kesehatan mulut ibu hamil buruk berefek terhadap
kelahiran dan berat badan bayi, selain kesehatan gigi dan mulut bayi nantinya.
·
Penyuluhan dan
pemberian informasi kepada ibu dapat dilakukan dalam kegiatan Posyandu rutin
yang ada di masyarakat.
·
Pemeriksaan gigi
bagi balita yang bertujuan agar gigi susu yang sudah tumbuh tidak terserang
karies (gigi berlubang) sehingga tidak mengganggu pola makan dan zat gizi yang
masuk bersama makanan dapat terserap dengan baik.
- Peningkatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan.
·
Memberantas
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya. Terdapat hubungan antara HIV/AIDS
dengan kesehatan gigi dan mulut, dan permasalahan yang ditemukan dalam rongga
mulut dapat menjadi indikator dini terjadinya infeksi.
·
Meyakinkan
keberlangsungan lingkungan hidup : penanganan kesehatan gigi dan mulut
melibatkan penggunaan teknologi yang sesuai, kontrol infeksi yang efektif,
serta pembuangan limbah medis yang aman.
·
Gigi berlubang
merupakan salah satu dari penyakit yang tidak menular, namun dapat berkembang
apabila tidak dikendalikan sehingga dapat mengganggu seseorang yang
menderitanya, oleh karena itu dengan memperhatikan keadaan kesehatan gigi dan
mulut dapat mengendalikan penyakit tidak menular. Gigi berlubang dapat
dikendalikan dengan pemeriksaan rutin yang dilakukan minimal 6 bulan sekali.
3.
Peningkatan
profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata.
·
Mengadakan
pelatihan bagi tenaga kesehatan yang berada jauh dari kota dan mendaya
gunakan kader kesehatan yang ada di setiap desa sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan di desa.
·
Perawat gigi
diharuskan memiliki kompetensi yang mumpuni dan bekerja sesuai dengan kode etik
dan undang – undang kesehatan. Jumlah dokter di Indonesia saat ini sebenarnya
sudah mencukupi. Perbandingannya 1:2500, artinya satu orang dokter mampu
melayani minimal 2.500 pasien. Akan tetapi, permasalahannya adalah jumlah
dokter di Indonesia belum merata. Jumlah dokter di kota besar dan di daerah
tidak seimbang. Begitu juga dengan perawat gigi, belum semua puskesmas
mempunyai perawat gigi atau hanya mempunyai 1 perawat gigi yang mana kebutuhan
masyarakat akan kesehatan gigi semakin banyak.
Sesuai
dengan permasalahan tersebut Sebagai Sarjana Sains Terapan Keperawatan Gigi, UKGS
Inovatis adalah salah satu cara untuk membantu pembangunan kesehatan. UKGS
Inovatif adalah suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
yangmerupakan suatu paket pelayanan asuhan sistematik dan ditujukan bagi
semuamurid sekolah dasar dalam bentuk paket promotif, promotif-preventif dan
paket optimal. Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif dilakukan
pada anak sekolah dasar karena upaya peningkatan kesehatan harus sedini
mungkin dandilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan.
UKGS
Inovatif diperlukan karena penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat
kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak menjadi
rawan kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera
makan mereka. Kemampuan belajar anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh
pada prestasi belajar. Tingginya angka karies gigi dan rendahnya status
kebersihan mulut merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering
dijumpai pada kelompok usia anak dasar. Untuk pemerataan tenaga kesehatan, UKGS
Inovatif juga sangat diperlukan dan diharapkan ada pada setiap sekolah di
Indonesia.
Program UKGS
Inovatif
§ Pemeriksaan & deteksi dini kejadian karies
§ Penyuluhan tentang kesehatan gigi
§ Deteksi faktor risiko karies gigi menggunakan aplikasi Donut Irene
§ Gosok gigi massal/bersama-sama
§ Deteksi plak setelah menggosok gigi
§ Pembersihan karang gigi yang memerlukan
§ Penambalan dengan fissure sealant/ART
§ Surface protection
§ Terapi Remineralisasi
§ Proteksi eksternal dengan aplikasi mineral/fluoride
§ Pencabutan gigi susu yang sudah goyang
§ Produk-produk lain yang ditambahkan adalah hadiah bagi yang
bebas karies.
- Peningkatan
jaminan pembiayaan kesehatan
Konsep
Pelayanan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional terbagi menjadi 3 (tiga) struktur
layanan, yaitu pelayanan primer, pelayanan sekunder dan pelayanan tersier.
Pelayanan kedokteran gigi berperan pada struktur layanan primer dan sekunder
(Dewanto dan Lestari, 2014). Pelayanan primer yang diberikan oleh dokter gigi
berupa pelayanan paripurna untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut
peserta 3 binaannya (BPJS Kesehatan, 2014a). Pelayanan primer ini menitik
beratkan pada upaya pemeliharaan, pencegahan dan peningkatan kualitas hidup
selain juga pengobatan dan pemulihan. Pelayanan kesehatan sekunder merupakan
rujukan pada fasilitas kesehatan lanjutan dari pelayanan primer di fasilitas
kesehatan tingkat pertama (BPJS Kesehatan, 2014b).
Berlakunya
Jaminan Kesehatan Nasional mulai tanggal 1 Januari 2014 menjadi tantangan bagi
praktisi kesehatan temasuk Dokter Gigi, karena diharapkan pelayanan kesehatan
menjadi lebih baik, terstruktur serta terkendalinya mutu dan biaya. Dokter gigi
sebagai salah satu penyedia layanan jasa kesehatan dalam JKN harus
mempersiapkan diri agar pelayanan kesehatan terutama pelayanan primer dapat
dirasakan manfaatnya. Perubahan mekanisme pelayanan JKN khususnya di bidang
kedokteran gigi, harus diiringi penyesuaian diri dokter gigi berdasarkan
kriteria pelayanan jasa kesehatan yang ditetapkan dalam Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (Dewanto dan Lestari, 2014).
- Peningkatan
ketersediaan , pemerataan, keterjangkauan, jaminan keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya
saing produk dalam negeri.
·
Tenaga kesehatan
gigi menjamin ketersediaan mutu, keamanan, dan khasiat obatdan alat kesehatan di fasilitas kesehatan gigi.
·
Tenaga kesehatan
gigi melakukan perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalah
gunaan obat, serta penggunaan alat
kesehatan.
- Peningkatan
Akses Pelayanan KB Berkualitas yang Merata.
·
Edukasi Prefentif
dan promotif penyakit gigi dan mulut pada Akseptor KB.
Gingivitis
dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satu faktor pendukung ialah karena
adanya faktor hormonal. Dimana faktor hormonal mempengaruhi jaringan
periodontal pada wanita disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi. Kandungan
kontrasepsi yang mengandung hormonal seperti progesteron dan estrogen. Efek
dari kedua hormonal tersebut berupa peran biologis yang dapat mengurangi
keratinisasi,meningkatkan jumlah inflamasi pada gingiva,meningkatkan
permeabilitas dan produksi prostaglandin meningkat.
·
Sebuah penelitian
mengejutkan berkaitan dengan alat kontrasepsi serta kesehatan gigi ditemukan
oleh para peneliti dari Ware Centre of Dental Excellence di Hertfordshire,
Inggris. Penelitian ini mengatakan bahwa penggunaan pil KB ternyata bisa
menyebabkan gigi Anda meradang dan rusak. Cegah menggunakan obat kumur
antiseptik yang akan membantu Anda untuk mencegah pembentukan plak, Mengonsumsi
makanan sehat dapat memperkuat kesehatan gigi dan mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar